Cari Blog Ini

Kamis, 28 Juli 2011

Tentang Pendidikan Karakter

Tentang Pendidikan Karakter

Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur,  jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.  Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif  tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik .
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan  karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta.  Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.
Melalui program ini diharapkan lulusan SMP memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP, yang antara lain meliputi sebagai berikut:
  1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
  2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
  3. Menunjukkan sikap percaya diri;
  4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
  5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
  6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
  7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
  8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
  9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
  10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
  11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
  12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
  13. Menghargai karya seni dan budaya nasional;
  14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
  15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
  16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
  17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;
  18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
  19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
  20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
  21. Memiliki jiwa kewirausahaan.
Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan  karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.

CONTOH RPP BERKARAKTER IPA KELAS VII


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)



Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
: SMP
: I P A
: VII/1 (satu)



Waktu
: 2 x 40 menit (1 pertemuan)




A.
Standar Kompetensi

1.     Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.


B.
Kompetensi Dasar

1.3. Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.





C.
TUJUAN PEMBELAJARAN

1.    Melalui demonstrasi yang dilakukan guru, peserta didik dapat menjelaskan langkah-langkah pengukuran panjang dengan menggunakan jangka sorong.
2.    Melalui percobaan pengukuran, peserta didik dapat  mengukur panjang dengan menggunakan jangka sorong secara hati-hati, seksama  dan teliti.
3.    Melalui percobaan pengukuran, peserta didik dapat  mengukur massa dengan mengukur massa dengan menggunakan neraca secara hati-hati, seksama  dan teliti.
4.    Melalui diskusi peserta didik dapat menyusun laporan hasil pengukuran panjang dan massa dengan memberi kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya.
5.    Melalui diskusi peserta didik dapat mempresentasikan laporan dengan memberi kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya.



D.
MATERI AJAR

Pengukuran panjang
-   Menggunakan penggaris
-   Menggunakan jangka sorong
Pengukuran Massa


E.
METODE PEMBELAJARAN

Model         : Pembelajaran Langsung (DI)
Metode       : percobaan, diskusi


F.
KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. KEGIATAN PENDAHULUAN (8 menit)
a.  Berdoa
b.  Apersepsi:
Peserta didik diingatkan konsep tentang besaran dan satuan
c.   Motivasi:
Tentu kamu pernah melihat mur-baut, agar mur-baut dapat terpasang secara tepat, dalam pembuatannya diperlukan pengukuran dengan teliti. Tahukah kamu alat ukur untuk mengukur mur-baut? Dan bagaimana cara mengukur kedalaman botol?
d.  Menyampaikan tujuan/kompetensi yang akan dicapai serta cakupan materi yang akan dipelajari
2. KEGIATAN INTI (65 menit)
a.      Demonstrasi pengukuran panjang dengan menggunakan jangka sorong (dapat dilakukan peserta didik atau guru), dengan menyajikan informasi tahap demi tahap.
b.      Peserta didik melakukan percobaan pengukuran mengukur panjang dengan menggunakan jangka sorong secara hati-hati, seksama  dan teliti.
c.      Peserta didik melakukan percobaan pengukuran mengukur massa dengan menggunakan neraca secara hati-hati, seksama  dan teliti.
d.      Guru memberi bimbingan pelatihan pada masing-masing kelompok.
e.      Peserta didik melakukan diskusi untuk menyusun laporan hasil pengukuran panjang dan massa dengan memberi kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya.
f.       Peserta didik mempresentasikan laporan dengan memberi kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya.
g.      Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan pengukuran yang relevan dengan jangka sorong terhadap benda-benda di sekitarnya  dalam kehidupan sehari – hari.

3. KEGIATAN PENUTUP (8 menit)
a.    Peserta didik dibimbing guru menyimpulkan tingkat ketelitian hasil pengukuran dengan menggunakan penggaris dan jangka sorong serta langkah-langkah melakukan pengukuran panjang dan massa.
b.    Guru memberi penghargaan pada peserta didik yang berperan aktif dalam kegiatan percobaan, diskusi dan presentasi.
c.    Guru menginformasikan pembelajaran pada pertemuan yang akan datang, yaitu sifat asam, basa dan garam





G.
SUMBER BELAJAR

1. Buku Siswa (BSE Kelas VII)
2. Internet





H.
PENILAIAN

1. Teknik
:
Tes Tertulis, Tes Unjuk Kerja dan Observasi

2. Bentuk
:
Uraian, Tes Uji Petik kerja dan Lembar Observasi

3. Kisi-kisi dan instrumen penilaian sebagai berikut.

No
Indikator
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
1
Menjelaskan langkah-langkah  pengukuran panjang dengan menggunakan jangka sorong

Tes tertulis

Uraian

LP 1.3: uraian (1 dan 2)
2
Mengukur panjang dengan menggunakan jangka sorong secara hati-hati, seksama  dan teliti.
Tes kinerja
Tes uji petik kerja
LP 1.3: uji petik kerja (1)
3
Mengukur massa dengan menggunakan neraca secara hati-hati, seksama  dan teliti.

Tes kinerja


Tes uji petik kerja

LP 1.3: uji petik kerja (2)
4
Menyusun laporan hasil pengukuran panjang dan massa dengan memberi kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya.

Tes kinerja


Tes uji petik kerja

LP 1.3: uji petik kerja (3)
5
Mempresentasikan laporan dengan memberi kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya

Observasi


Lembar Observasi

LO 1.3: Lembar Observasi (1)



                                                                        ……………….., ………………
Mengetahui Kepala Sekolah                     Guru Mata Pelajaran






……………………………                            ……………………………
NIP                                                                 NIP





INSTRUMEN



LP 1.3: uraian (1) dan (2)
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!
  1. Jelaskan langkah-langkah mengukur panjang suatu benda dengan menggunakan jangka sorong!
  2. Sebutkan tingkat ketelitian hasil pengukuran dengan menggunakan meteran/penggaris dan jangka sorong!

KUNCI JAWABAN

No
Kunci Jawaban
Skor
1
Langkah-langkah mengukur panjang suatu benda dengan menggunakan jangka sorong:
-      Menempatkan benda yang akan diukur pada rahang yang sesuai
-      Menggeser nonius dengan hati-hati
-      Membaca skala utama pada jangka sorong
-      Membaca skala nonius pada jangka sorong
-      Membaca nilai panjang dengan satuan yang benar
-      Mengembalikan posisi nonius dalam keadaan rapat
-      Menentukan kesalahan pengukuran
7
2
Tingkat ketelitian hasil pengukuran dengan menggunakan:
a.   Penggaris
Penggaris/Mistar mempunyai tingkat ketelitian 1 mm atau 0,1 cm
b.   Jangka sorong
Tingkat ketelitian jangka sorong adalah sebesar 0,1 mm.
3
Jumlah skor
10


Kriteria penilaian
Nilai =  x 100 =  x 100






LP 1.3: uji petik kerja (1)
Lembar tes unjuk kerja untuk menilai kinerja peserta didik “Mengukur panjang dengan menggunakan jangka sorong secara hati-hati, seksama  dan teliti.”.
Tuliskan :       skor 1, apabila dilakukan
                        skor 0, apabila tidak dilakukan
Pada kolom karakter:
                        BT  = belum terlihat
                        MT = mulai terlihat
                        MK = mulai berkembang
                        MB = mulai membudaya

No
Aspek yang dinilai
Dilakukan
Tidak dilakukan
Karakter yang dikembangkan *)
1
Memasang benda yang akan diukur pada jangka sorong dengan tepat



2
Menggeser posisi nonius secara hati-hati, seksama  dan teliti.



3
Membaca skala utama pada jangka sorong secara seksama  dan teliti.



4
Membaca skala nonius pada jangka sorong secara seksama  dan teliti.



5
Membaca nilai panjang dengan satuan yang benar



6
Mengembalikan posisi nonius dalam keadaan rapat secara hati-hati, seksama  dan teliti.



7
Menentukan kesalahan pengukuran



Jumlah skor





Kriteria penskoran
Dilakukan                  Skor 1
Tidak dilakukan        Skor 0
Kriteria penilaian
Nilai =  x 100 =  x 100











LP 1.3: uji petik kerja (2)
Lembar tes unjuk kerja untuk menilai kinerja peserta didik “Mengukur massa dengan menggunakan neraca secara hati-hati, seksama  dan teliti.”.
Tuliskan :       skor 1, apabila dilakukan
                        skor 0, apabila tidak dilakukan
Pada kolom karakter:
                        BT  = belum terlihat
                        MT = mulai terlihat
                        MK = mulai berkembang
                        MB = mulai membudaya

No
Aspek yang dinilai
Dilakukan
Tidak dilakukan
Karakter yang dikembangkan *)
1
Menera neraca (mengatur agar jarum penunjuk menunjukkan skala nol) secara hati-hati, seksama  dan teliti



2
Meletakkan benda yang akan diukur ditempatnya secara hati-hati.



3
Melakukan pengukuran secara hati-hati, seksama  dan teliti



4
Membaca pengukuran secara hati-hati, seksama  dan teliti



5
Mengembalikan posisi lengan dalam keadaan seimbang secara hati-hati, seksama  dan teliti



Jumlah skor





Kriteria penskoran
Dilakukan                  Skor 1
Tidak dilakukan        Skor 0
Kriteria penilaian
Nilai =  x 100 =  x 100





LP 1.3: uji petik kerja (3)
Lembar tes unjuk kerja dalam diskusi kelompok untuk menilai karakter kedemokratisan “memberi kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya dan karakter lain yang berkembang dalam menyusun laporan hasil pengukuran panjang dan massa.
Tuliskan :       skor 1, apabila dilakukan
                        skor 0, apabila tidak dilakukan
Pada kolom karakter:
                        BT  = belum terlihat
                        MT = mulai terlihat
                        MK = mulai berkembang
                        MB = mulai membudaya

No
Aspek yang dinilai
Dilakukan
Tidak dilakukan
Karakter yang dikembangkan *)
1
Menyampaikan hasil pengukuran yang diperoleh dengan jujur



2
Menerima saran dan masukan dengan sikap terbuka



3
Mengakomodasi saran dan masukan dengan menghargai pendapat orang lain



4
Mampu menjawab pertanyaan dengan rasional



5
Menyimpulkan hasil diskusi



Jumlah skor





Kriteria penskoran
Dilakukan                  Skor 1
Tidak dilakukan        Skor 0
Kriteria penilaian
Nilai =  x 100 =  x 100





LP 1.3: lembar observasi (1)
Lembar observasi untuk menilai karakter kedemokratisan “memberi kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya dan karakter lain yang berkembang pada kegiatan presentasi hasil kerja kelompok.
Tuliskan :       skor 1, apabila dilakukan
                        skor 0, apabila tidak dilakukan
Pada kolom karakter:
                        BT  = belum terlihat
                        MT = mulai terlihat
                        MK = mulai berkembang
                        MB = mulai membudaya

No
Aspek yang dinilai
Dilakukan
Tidak dilakukan
Karakter yang dikembangkan *)
1
Menyampaikan hasil pengukuran dengan bahasa yang lugas



2
Menyampaikan laporan sesuai dengan prosedur kegiatan yang dilakukan dengan jujur



3
Menyampaikan laporan dengan percaya diri



4
Menerima saran dan masukan dengan sikap terbuka



5
Mengakomodasi saran dan masukan dengan menghargai pendapat orang lain



6
Mampu menjawab pertanyaan dengan rasional



7
Menyimpulkan hasil diskusi untuk menentukan tujuan akhir kegiatan dengan tepat



Jumlah skor





Kriteria penskoran
Dilakukan                  Skor 1
Tidak dilakukan        Skor 0
Kriteria penilaian
Nilai =  x 100 =  x 100